DALPAREDAKSIG11-Alexander Agung, atau yang dikenal dalam tradisi Islam sebagai Iskandar Dzulqarnain, adalah salah satu tokoh sejarah yang paling menarik dan kontroversial. Dalam Al-Qur’an, Dzulqarnain disebutkan dalam Surah Al-Kahfi (18:83-98), di mana dia digambarkan sebagai seorang raja yang memiliki kekuasaan luas dan melakukan perjalanan jauh untuk menyebarkan kebaikan. Banyak penafsir dan sejarawan berpendapat bahwa sosok ini adalah Alexander Agung, yang merupakan raja Makedonia dan penakluk besar pada abad ke-4 SM. Tetapi, apa yang membuat mereka begitu yakin? Apakah ada bukti kuat yang mendukung klaim ini? Dan bagaimana hubungan antara Alexander dan Dzulqarnain dapat dijelaskan secara historis dan teologis?
Sejarah dan Latar Belakang Alexander Agung
Alexander Agung lahir pada tahun 356 SM di Pella, ibu kota Kerajaan Makedonia. Ia adalah putra Raja Filipus II dan mulai memimpin kerajaan pada usia 20 tahun setelah kematian ayahnya. Dengan bantuan strateginya yang cemerlang dan kemampuan militer luar biasa, Alexander berhasil menaklukkan wilayah yang sangat luas, termasuk Persia, Mesir, dan sebagian besar Asia Tengah hingga India. Penakluhan-penakluhan tersebut membentangkan garis-garis perdagangan dan budaya yang tak tertandingi selanjutnya.
Milenariisme dan Ambisi Dunia
Ambisi dunia Alexander tidaklah semudah itu dipenuhi. Ia memiliki visi untuk menciptakan sebuah imperium global yang bersatu dibawah kepemimpinan Yunani. Visi ini didorong oleh keyakinannya sendiri bahwa dirinyalah yang telah dikirim Tuhan untuk merealisasikan tujuan-tujuan ilahi. Bagi beberapa orang, ambisisnya tampaknya mirip dengan impian Dzulqarnain yang ingin menyebarkan kebenaran dan keadilan kepada semua bangsa.

Dzulqarnain dalam Perspektif Islam
Dalam tradisi Islam, Dzulqarnain dianggap sebagai sosok yang adil dan bijaksana. Ia digambarkan sebagai seorang raja yang tidak hanya memiliki kekuasaan politik tetapi juga spiritual. Dalam Al-Quran, Dzulqarnain disebutkan melakukan perjalanan ke arah timur dan barat, serta membangun tembok untuk melindungi umat manusia dari Yajuj dan Majuj, dua makhluk yang dianggap sebagai ancaman.
Tembok Besar Dzulqarnain
Legenda Tembok Besar Dzulqarnain menjadi salah satu elemen penting dalam naratif Al Quran. Disebutkan bahwa Dzulqarnain menggunakan sumber daya alam yang tersedia untuk membangun struktur monumental ini agar tidak ada satupun musuh yang dapat melewati batasan tersebut tanpa izin darinya. Ceritanya punya nuansa mistis; apakah tembok ini simbolisasi pembatasan antara baik dan buruk, ataukah sesuatu yang lebih kompleks?
Persamaan dan Perbedaan Antara Alexander dan Dzulqarnain
Banyak sejarawan berpendapat bahwa nama “Dzulqarnain” merujuk pada “yang memiliki dua tanduk,” yang bisa diartikan sebagai penguasa dua kekuasaan besar: Timur dan Barat. Ini sejalan dengan pencapaian Alexander yang menguasai wilayah dari Eropa hingga Asia. Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa Dzulqarnain mungkin adalah sosok lain, seperti Koresy Agung atau Sargon Agung.
Perbandingan Moral & Spiritual
Sementara beberapa ahli sejarah melihat persamaan antara keduanya dalam hal dominansi geopolitis, ada juga yang skeptis soal kesetaraan moral dan spiritual. Bagaimana jika kita lihat perilaku agresif Alexander dalam kampanye-kampanyennya? Apakah hal ini bertolak belakang dengan gambaran Dzulqarnain sebagai seorang raja adil dan bijaksana? Ataukah ada cara lain untuk memahami kontradiktornya ini?
Cerita Menakjubkan Mengenai Alexander
Salah satu contoh menonjol dari kejeniusan taktikal Alexander adalah saat ia menyerbu Kota Tyre di Lebanon. Untuk merebut pulau ini, ia harus membangun jalan air yang panjang menuju laut lepas guna memberantas pasukan lawan dari balik pantai. Strategi ini patut dicatat dalam sejarah militer modern karena kebrilianannya yang luar biasa.Selain itu, ketika Alexander sedang berperang melawan Raja Poros di India, ia ditawari hadiah unik – seekor gajah emas bernama Abhisara. Gajah ini bukan saja simbol status tinggi tapi juga lambang kekuatan dan kebijaksanaan. Legenda mengatakan bahwa setiap malam, Abhisara akan berkuda ke atas tempat tidurnya sendiri dan menempatkannya di tengah-tengah tentara musuh sehingga para prajurit saling takut dan mundur.
Interpretasi Teologis
Bagaimana jika kita melihat cerita-cerita menakjubkan ini melalui lensa teologis? Apakah ada hikmah deeper di balik aksi heroik Alexander? Misalnya, perjalanan ke arah timur dan barat Dzulqarnain mungkin melambangkan pencarian kebenaran universal yang tidak terikat oleh batasan geografis. Demikian pula, pembangunan tembok besarnya mungkin melambangkan perlindungan rohani dari bahaya spiritual.

Pertanyaan apakah Alexander The Great adalah Iskandar Zulkarnain masih belum terjawab sepenuhnya. Namun, dengan analisa mendalam terhadap catatan-catatan sejarah dan teks-teks suci, kita dapat melihat adanya kesamaan substansial antara keduanya meski ada juga perbedaan signifikan.
Kesimpulan akhirnya bergantung pada interpretasi individu tentang arti sebenarnya dari legenda-legenda masa lampau.Diskusi mengenai identitas mereka akan terus berlanjut seiring dengan penemuan baru dalam penelitian sejarah dan arkeologi.
Hingga hari ini, namun, satu hal pasti – keduanya telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam pengalaman manusia dan inspirasi generasi demi generasi, santri demi santri.
Content Writer:Faris Chinesse.